Rabu, 31 Juli 2013

Tomboy Tak Selamanya Indah

Bonjouuuur!
Wehehee, sudah selama apa saya tidak ngupdate ini blog? Sudah seberapa kangen-kah anda-anda semuanya? Wakakak. Ke-geer-an sendiri. Udahan ya, kangen-kangenannya. Dan asal kalian tau, saya sekarang sudah SMA! (Etjieee). Entar deh, kapan-kapan saya bakalan cerita tentang sekolah baru saya. Sekarang saya pengin bahas tentang..... ya seperti yang tertera pada judul.
Dan..................... kenapa dari tadi ngomongnya pake 'saya-anda'. Sejenis aneh.

Hmm, ngomong soal tomboy, aku jadi keinget diri sendiri. Wakakak
Memang sih, tahun-tahun kemarin (sekitar 5 tahun belakangan) aku masih dalam predikat 'tomboy-akut', tapi kalo sekarang sih.. tomboy-nya sih masih ada, cuman mulai nipis. Itu karena proses menuju kedewasaan. Widiiww, gue kurang keren apa tjoba?

Well, lima tahun belakangan itu gambarannya kayak apa, ya? Wahaha, yakin nih pen bet tau? Kalo engga ya gapapa, ga perlu di terusin bacanya. Setop aja sampai sini.

Tapi berhubung karena lo masih baca, yaudah gue kasih tau.

Cerita pertama:  Malam itu, sekitar 5 tahun yang lalu, pas aku masih kelas 5 SD, bertepatan pada bulan Ramadhan, aku bareng abangku yang cowo (ya iyalah cowo, panggilnya aja 'abang'), samaan banget males pergi terawih. Meskipun Ibunda tercinta sudah melontarkan nasihat-nasihat bijak nan mempesona untuk rajin ibadah, kami berdua tetap pada keteguhan hati kami untuk malas pergi terawih pada malam itu. Terus abang gue bilang.
Abang: "Bosan juga ye, di rumah aja. Keluar cari angin gimana?"
Aku: "Ah elah, orang buang angin, kita malah cari angin. Kreatip!"
Abang: "Ikut atau engga? W mau pergi nih. Boceenn"
Aku: "Ikut!"

Gue langsung capcus ngambil jaket jeans lengkap sama topi item keren gue yang ada tulisan "habitat". Wakakakak. Ketje? Ketje? Pasti. Dengan celana jeans biru pendek 2 centi di bawah lutut, plus sepatu homy ped gue yang canggih bisa idup lampu (eh, engga deng), gue siap cari angin bareng abang.
Eits, tunggu dulu. Cerita soal rambut, ga boleh lewat. Berhubung Ibunda kami tercinta tak membolehkan putri-putrinya memotong pendek sang rambut, aku pun berambut panjang. Selalu...... berambut panjang. Sampai sekarang (kecuali pas TK, aku berambut pendek waktu itu, di karenakan belum bisa ngurus rambut dengan baik).
Karena itu, aku pun menyiasatinya dengan menggulung rambut rapunzel-ku (huahaha) ke atas dan menyelipkannya ke dalam topi, dan TA-DAAAA!!! Alhasil, aku berpenampilan super cowok malam itu. Wakakaka. Tapi itu pas jaman aku belum jadi jilbaber.
Oh iya! Jangan lupa dengan jam Spider-Man nya! Dulu aku punya 3 jenis jam tangan Spider-Man dengan bermacam warna dan pose. Well, malam itu aku lebih milih yang warna biru dan si Spider-Man lagi pose siap nangkap penjahat dengan jaring-jaring mautnya! Ketje? Ketje? Pasti.
"Udah bisa capcus?" Tanya sang abang yang udah ready sama motornya.
"Ok."
Jadilah kami bercari-cari angin. Bahaha, bahasa apaan 'bercari-cari angin'?
Engga taunya, abang gue malah ngapelin pacarnya (calon pacarnya) di emperan orang jualan bakso. Dan gue pun makan bakso. Gue di tanyain macem-macem sama pacarnya (calon pacarnya) yang ternyata kuliah di jurusan psikologi! Gue di tanyain:
-Warna kesukaan adek apa?
-Kenapa penampilannya suka yang kek begini?
-Kenapa suka warna item dan biru?
-Kenapa adek ga suka warna pink?
-Adek hobinya apa?
-Kenapa hobi gambar?
-Kenapa hobi ngerecokin orang?
-Kenapa hobi nonton bola?

Wah, macem-macem deh. Untung kaga di tanyain nilai matematika gue berapaan-_-

Nah, pas pulangnya, ini nih the masterpiece dari cerita ini. Aku paling suka cerita di bagian ini.
Jadi, pas aku dan abang lewat jalan yang deket masjid, kan banyak tuh orang yang baru siap terawihan, trus banyak cewe-cewe cantik nan alim lagi jalan kaki mo pulang ke rumah (ya iyalah ke rumah, lucu aja kalo ke sawah), ya karena basically aku yang hobinya gangguin orang, ditambah dengan abang yang mendukung hobi satu ini, berhasilah malam itu aku tebar-tebar pesona sama cewe-cewe cantik nan alim itu. Sembari motor melaju lambat, aku yang duduk anteng di belakang senyumin sana-sini cewe-cewe yang berhadir pada malam itu. Sekayak engga sadar kalo diri sendiri juga cewe.
"Assalamu'alaikum, Kak. Ih, cantik bet sih"
"Assalamu'alaikum, Kak. Hati-hati jalannya"
"Assalamu'alaikum, Kak. Butuh tumpangan?"

Wakakak, yak begitulah aku tebar pesona sambil senyumin semua yang cantik. Malah gue curiga, pasti ada yang klepek-klepek ngelihat kegantengan gue malam itu.
Tapi ada satu cewe, dia caaaaantik banget. Dia naik motor bareng temennya, tapi tiba-tiba dia turun dari motornya dan bilang ke temennya:
"Bensin abis, nih."
"Trus gimana?"
"Ya di dorong, bego."
"Dorong?! Ewh"
"Dorong atau aku tinggalin disini?"
"Iyaaaa, aku dorooonggg. Hmm, iyaa"

Terbitlah sapaan licik dari kepala gue yang pas buat kakak cantik itu! Yah, engga jauh-jauh lah dari kata 'jahil'. Tapi aku lebih suka nyebutnya 'candaan kecee nan gaul'. Daannn... dengan kerennya aku berkata:
"Assalamu'alaikum, Kak. Aduh, cantik-cantik harus dorong motor. Kenapa? Habis bensin ya? Ya udah, semangat dorong, kak! Perlu di bantu? Perlu di semangatin?"
Dan ternyata............ dia orangnya sensitip.
Langsung aja dia lepas sandal jepitnya yang warnanya kaga jelas (maklum, itu udah malam, engga kelihatan warnanya) dan ngambil ancang-ancang buat ngelemparin gue. Huwoooo!!!
Dengan cepat aku langsung berseru ke abang: "Bang! Tancep gassss!!!"

Ga butuh waktu lama, kita berdua udah ngibrit jauh dan terhindar dari godaan layangan sandal jepit yang terkutuk. Wahahah
Aku sama abang ngikik-ngikik kegirangan.
"Bwakaka, cantik-cantik ternyata hobinya lempar sandal jepit!"


[P.S: Begini begini, aku masih naksir cowo, lho ya. Don't misunderstanding!]

Cerita kedua: Aku pernah terlibat perkelahian kecil-kecilan sama anak cowo pas kelas 5 SD (lagi) karena itu cowo doyan amat gangguin temen-temen aku yang cewe. Berhubung aku sang pembela kebenaran tanpa bayaran (sebenernya sih sok pahlawan, yak), langsung aja aku tarik kerah bajunya sambil ngepalin tangan buat nonjokin wajahnya (itu gaya aku sampai sekarang kalo udah marah tingkat propinsi). Si cowo udah mangap-mangap minta damai. Elah, belum juga gue tonjok. Tapi aksi itu cepet-cepet aku urungin, sebab seorang guru cantik lagi melenggang ke arah aku. Sambil nyengir lebar, aku ngomong ke Ibu itu dengan wolesnya:
"Ehehee, dia ini lho, Bu! Dia gangguin anak-anak cewe! Ya saya ambil tindakan aja, Bu."
"Ya, tapi kan engga gitu caranya."

Cerita Ketiga: Gue pernah di panggil "abang ganteng" sama satu sekolahan (termasuk wali kelas pas kelas enam) karena ke-keren-an gue yang tak henti-henti memancarkan sinarnya. Sahabat seperjuangan gue yang namanya Nindi yang tomboy-nya hampir-hampir mirip sama gue (tapi dia lebih cepat berevolusi jadi feminin ketimbang gue) juga ikut kecipratan sebutan keren nan inovatif ini.

Yah, seperti itulah gambaran tentang aku 5 tahun yang lalu. Tapi begitu aku masuk SMP, proses menuju kedewasaan pun terjadi . Itu juga ngebuat aku makin sadar kalo sejatinya aku memang cewe. Dan makin banyak bersyukur kepada YME telah di ciptakan sebagai perempuan. Aku mulai ngubah kebiasaan-kebiasaan cowo aku yang engga boleh ada di cewe. Misalnya ngeganti celana-celana pendek 2 centi di bawah lutut dengan rok panjang. Terus jilbapan. Ya, jadi makin alim laaahh. Jadi perempuan juga keren, kok. Engga cuma cowo aja.
Kita juga bisa jadi cewe tangguh yang ga bisa di remehin sama cowo.
Contohnya, pas di SMP, aku berhasil menduduki posisi sebagai ketua kelas selama 2 tahun, dan wakil ketua kelas selama 1 tahun.
Jadi, walaupun cewe, tetep harus tangguh. Walaupun tomboy, tapi tetep harus kudu wajib perhatiin apa-apa yang engga boleh dalam aspek keagamaan.
Contoh: meski tomboy, ga boleh pake celana pendek (memperlihatkan aurat kepada yang bukan muhrim) dan mirip-miripin diri sendiri sama cowo. Karena sejatinya, kita harus ikutin semua peraturan dalam agama. Dan dalam Al-Qur'an maupun Hadits juga di ajarkan kalo yang cewe ga boleh menyerupai laki-laki, begitu pula sebaliknya.
Contoh lainnya: meskipun tomboy, tetep dong harus pake jilbab.

Maka dari itu, jadi tomboy 'banget' itu ga selamanya indah. Especially, menurut agama. Cewe itu ga boleh ngubah-ngubah kodratnya sebagai cewe, kalo cewe ya cewe aja. Ga boleh berlebihan banget. Tomboy yang wajar-wajar aja. Yang wajar itu ya engga menyeleweng dari ajaran agama. That's all, gals!

Jadi pada intinya, meski tomboy, jadilah tomboy yang Islami (Moslem only. Yang non-muslim sih, saya gak tau ya, hehe).
Nah, untuk para cewe tomboy, semoga kita bisa terus jadi tomboy yang muslimah yaaa! Enjoy ur life!<3
Maap yaa kalo ada salah-salah kata. Namanya juga manusia. Nobody's perfect, isn't it?


Salam semangat,
Rifqa Imelda Miswa. L






1 komentar: