Selasa, 18 Desember 2012

Kenapa Aku Berbeda?

Nah! Pertama kali baca judul postingan ini, pasti kalian keinget sama Film 'Ayah, Kenapa Aku Berbeda?' kan? Nah! Itulah yang aku sebut 'nah'! (Kenapa jadi banyak 'nah'? -_-)
Bukan. Ceritaku ngga sama kok, dengan yang ada di Film itu. Tenang ajaaa, hebatnya film itu ngga akan terganti kok, sama ceritaku ini.
Jadi, aku milih judul 'Kenapa Aku Berbeda?' karena aku lagi didalam dilema besar.
Bukan. Bukan Dilema-nya CherryBelle kok. Tenang ajaaa, chibi chibi chibi ngga akan terganti kok di hatinya para TwiBi.
Ahh, udahlah. Aku ngga jadi cerita deh. Pertanyaanku soalnya random banget-____-
Tapi... ehh, tapi, yagitudeh, anu... cerita aja kali yak? Bwakaka, maklum, remaja labil----> Rifqa Imelda -_-

Aku sering bingung, kadang juga galau kalo mikirin ke-berbedaan-nya aku ini. Gimana ngga?


Cerita pertama, hari itu, hari senin. Kalo anak gaul bilangnya itu Monday alias Monster Day. Jadi, hari itu adalah hari dimana seorang guru mengumumkan bahwa.....


"NILAI UTS AKAN DI UMUMKAN HARI INI! CETAAAARRR"

Ini ciyus, lho. Kecuali yang bagian cetaaaarrr-nya._.v
Bertepatan pada kalimat terakhir guru tersebut, semua murid gaduh termasuk teman-teman sekelasku.
"Yaoloh, ini gimana? Mampus aku kalo nilainya jelek, mampus, iyee, beneran mampus! Gapercaya? Beneran ga percaya? Iya, soalnya aku juga ngga percaya."
"Haduhh, gimana ini? Aku ngga berani lihat. Ntar kamu aja yang lihatin nilai aku. Tapi jangan kasih tau aku ya, puhlisss yayaya?"<---- ini gimanasih?-_-
"Mamaaaa! Do'akan nilai anakmu, Ma! Plissss, Ma! Nilai UTS, Ma! Aaaaa"
"Huwaaaa, nilai UTS woi! Nilai UTS!!!!!!"

Kurang lebih, kegaduhannya seperti itu, atau bisa jadi lebih parah seperti ini:
"Mama, Papa! Gimana nilai UTS-ku ini? Huwaaa, kalo nilainya anjlok, tolong jangan nikahkan aku sekarang!" *mati*

Aku? Nah, inilah alasan kenapa aku buat judul seperti di atas. Disaat semua siswa dan siswi gaduh ribut membicarakan nilai UTS yang ntah bagaimana akan nasibnya, aku hanya begini:

"Oh, hari ini ya? Nilai UTS kan? Oh, yaudah..."

Kenapa? Kenapa aku begini? Kenapa? Aku galau memikirkan ini. Tapi, ya memang seperti itu adanya. Aku bahkan ngga peduli sama nilai yang akan keluar. Maksudku, aku peduli. Tapi, ya begitulah, aku tidak terlalu mengambil pusing hal ini. Aku bahkan tidak mau repot-repot membuang tenagaku hanya untuk: "gimana nih? uwaaa, ini gimana aduh nilainya!"
Dan ternyata, teman-temanku yang mendengar pernyataan ini langsung me-respon:

"What the? Ahilah, santai banget idup lu, neng!"

"Ya amplop, Rifqa! Ini tuh pengumuman nilai UTS! U-T-S!!!"

Nah, sekarang aku tanya deh, terus kenapa kalo hari ini? Salah gitu, kalo pengumumannya hari ini?


Cerita kedua, hari itu, adalah hari Kamis. Kalo guru bahasa Indonesiaku tercyieentaah (Ibu Kartini) sebut sih, itu adalah hari Kemis. Iya, enelan deh, hari Kemis. Nah, pada hari itu juga, Ibu guru bahasa Arabku tercyieentaah (Ibu Tarbiati) bilang ke murid-murid IX-3 (kelasku) gini: "Ujian Nasional itu sudah pasti 20 paket untuk tahun ini. Kalian ngga akan bisa nyontek. Mau nanya ke siapa? Di antar kalian semua nanti, ngga akan ada yang soalnya sama. Nah, lho? Ngga ada yang bisa nolong diri kalian selain diri kalian sendiri."

Nah, disaat semua teman sekelasku menganga lebar sambil mengelu-elukan "20 paket soal", aku hanya......
                      
                       "Oh, 20 paket soal ya? Oh, yaudah..."

Aku bilang begitu, bukan berarti karena aku sombong atau semacamnya. Tapi, kembali lagi ke masalah tadi. Aku bahkan ngga mau repot-repot hanya untuk sekedar: "APA? 20 PAKET? MIAPAH? AAAAAAAAA"
Aku ngga mau.

Cerita ketiga, hari itu, hari Jum'at. Bertepatan pada jam pelajaran Al-Qur'an Hadits. Aku belum nyelesain LKS nih pelajaran. Gimana mau nyelesein? LKS-nya aja belum gue beli-________-
Finally, aku beli deh LKS itu. Kata si Ibu guru itu (beneran deh, gue lupa namanya), beliau ngga nerima lagi jawaban LKS Bab 1. Jadi, yang belum buat ngga ada nilai.
Dengan malas, aku kembali lagi duduk ke tempat dudukku. Teman-temanku pada nanyain, "Eh, Rifqa? Gimana? Udah ngumpulin LKS yang Bab 1?"
Ya aku woles aja ngejawab "Belum". Terus, mereka semua ribut deh tuh. Pada bilang gini ke aku?

"NGGA ADA NILAI, NYET! NYANTAI AJE LU!"

Kemudian, dengan tidak berdosa-nya aku langsung bilang........

"Oh, ngga ada nilai ya? Oh, yaudah..."

Aku lirik deh, teman-temanku yang natap aku ngga percaya. Mungkin dalam pikiran mereka, "Ini murid atau dinding? Enteng banget idupnya.."
Lagian, aku juga mau ngapain lagi? Ibu-yang-aku-lupa-namanya itu ngga nerima lagi jawaban LKS itu. So, what should I do? Ngga ada kan? Yaudah.

Akan tetapi, lambat laun aku menyadari...
Kenapa hidup aku enteng begini? Mau jadi apa aku ini setahun ke depan?
Pun, kenapa aku berbeda dari teman-temanku? Mau juga dong sekali-kali panik begitu. Tapi beneran deh, aku orangnya susah panik.Waktu gempa kuat (kalo ngga salah) tanggal 11 Maret 2012 lalu, waktu itu, aku masih kelas 8, dan aku sedang ada belajar tambahan sore di sekolah, dan ketika gempa kuat itu mengguncang, wuiiih, ngga kebayang seberapa banyak yang nangis-nangis, dan pengen pulang, aku sempat sih 'panik sedikit' hanya karena aku teringat Mama, dan keluargaku dirumah *eeeeaaa*
Dan saat itu, aku lihat sahabatku Iza dan Nindi udah berdarah-darah. Ternyata mereka kena reruntuhan plafon sekolah, tambahlah 'sedikit' panik. Sedikiiiit aja paniknya-___-
Karena saat itu, aku masih sempat-sempatnya ketawa karena ngelihat ada temanku yang nangisnya lebay amat cetaar ulala membahana tornado longsor banjir deh gitu pokoknya. Bayangin deh, disaat semuanya panik, nangis-nangis, dan pengen pulang, aku masih sempat-sempatnya ketawa? Ya Allah, apakah ada saraf otakku yang salah? Aku harap tidak ada.

Ok, kembali lagi kenapa aku berbeda. Ya, pertanyaan random ini memang susah sekali aku jawab. Aku harap, ke-berbedaan ini ngga akan membawa petaka. Kalo membawa petaka sih, do'ain gue cepet sembuh ya! Dan harap jangan ditiru. Semoga dapat mengambil hikmah dari ceritaku ya. Puhliss, kalian jangan mau jadi kayak aku yang hidupnya santai banget ya. Ingat yang kelas 9, sebentar lagi kita UN. Ayo semangat! (ini kenapa jadi ngomongin UN?) -_____-v

Baiklah, terimakasih yang sudah mau baca curhatan singkat (eh, ini singkat ngga sih?) ku ini. Bye, laff yaaa-__-v

Salam Woles,
Rifqa Imelda Miswa. L